Loading Now

Ancaman Demokrasi Illiberal Terhadap Kehidupan Yahudi Eropa

Ariel Muzikant, presiden EJC, memperingatkan akan ancaman kehidupan Yahudi di Eropa akibat kebangkitan partai-partai sayap kanan seperti FPÖ dan AfD, serta menolak legitimasi mereka. Dia menggambarkan kompleksitas antisemitisme yang datang dari berbagai sisi, mencatat kekhawatiran tentang stabilitas demokrasi dan kebebasan, khususnya merujuk pada “Orbanisasi” merujuk pada otorisasi politik di Eropa.

Pada masa kini, kehidupan Yahudi di Eropa menghadapi tantangan yang semakin membesar, terutama setelah partai-partai sayap kanan meraih kekuasaan di Austria dan Jerman. Ariel Muzikant, presiden European Jewish Congress (EJC), tidak ragu untuk memperingatkan potensi bahaya dari legitimasi partai-partai ini, seperti Partai Kebebasan (FPÖ) di Austria dan Alternatif untuk Jerman (AfD), sementara menegaskan bahwa Israel harus terus memboikot mereka. Muzikant menggambarkan situasi kompleks yang dihadapi komunitas Yahudi Eropa, di mana mereka harus melindungi diri dari antisemitisme yang berasal dari berbagai sisi. Dalam wawancara dengan The Jerusalem Post, Muzikant berkata, “Kita menghadapi serangan dari Kiri, dari Kanan, dan dari sisi Islamis. Kita terus-menerus mempertahankan Israel sekaligus melindungi diri kita sendiri dari antisemitisme yang datang dari berbagai arah.” Dia menyoroti perbedaan yang signifikan antara negara-negara Eropa terkait dengan antisemitisme. Sebagai contoh, ia mencatat bahwa di negara-negara seperti Spanyol dan Irlandia, antisemitisme yang berasal dari Kiri sangat kuat, sementara di Prancis, Belgia, dan Inggris, antisemitisme Islamis menjadi ancaman serius. Tanggapan komunitas Yahudi di setiap negara bervariasi, tergantung pada kondisi yang ada. Namun, mengenai kontak dengan partai sayap kanan, Muzikant menjelaskan betapa komunitas Yahudi di Austria, Prancis, dan Jerman sangat menolak untuk berkolaborasi dengan mereka, sebagian besar karena sejarah yang gelap, serta perilaku ekstremis yang ditunjukkan oleh anggota partai. Menurutnya, mayoritas anggota FPÖ terlibat dalam perilaku dan sikap yang antisemitik. Mengacu pada pemilihan Walter Rosenkranz sebagai presiden Parlemen Austria, Muzikant mencemaskan legitimasi yang diberikan kepada tokoh-tokoh yang berhubungan dengan ekstremisme, serta kemunculan apa yang dia sebut “Orbanisasi” — proses menggantikan demokrasi liberal dengan bentuk pemerintahan yang lebih otoriter yang melawan nilai-nilai liberal. Ia menekankan bahwa kehilangan kebebasan yang diperoleh dengan susah payah dapat mengancam keberadaan komunitas Yahudi di Eropa. “Setelah kebebasan yang teraih ini hilang, tidak ada jaminan bagi orang-orang Yahudi untuk merasa aman,” katanya. Menurutnya, hubungan dekat antara MP FPÖ dan Putin juga menambah kekhawatiran, terutama dalam konteks koneksi mereka dengan kelompok identitarian ekstremis.

Seiring dengan tren peningkatan dukungan terhadap partai-partai sayap kanan di Eropa, terdapat kerentanan serius terhadap kehidupan Yahudi di daerah tersebut. Penelitian dan survei menunjukkan bahwa komunitas Yahudi merasa terancam oleh kebangkitan ideologi yang menentang nilai-nilai demokrasi liberal dan kebebasan. Wawancara dengan Ariel Muzikant menyajikan gambaran mendalam tentang bagaimana berbagai bentuk antisemitisme kini muncul, baik dari kalangan sayap kanan maupun sayap kiri, serta dari kelompok yang berasas Islam. Mengoptimalkan pemahaman tentang konteks politik dan sosial di Eropa saat ini, wawancara ini menggambarkan tantangan yang dihadapi komunitas Yahudi di tengah perubahan yang cepat dalam lanskap politik.

Dalam panorama yang membingungkan bagi komunitas Yahudi di Eropa, peringatan Ariel Muzikant harus dianggap serius: legitimasi terhadap partai-partai sayap kanan tidak hanya mengancam masyarakat bersejarah ini tetapi juga mengilustrasikan perjuangan yang lebih besar untuk mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi liberal. Tindakan kolektif dan kesadaran akan ancaman yang ada sangat penting untuk melindungi dan mempertahankan eksistensi komunitas ini.

Sumber Asli: www.jpost.com

Linh Tran is a dynamic reporter and cultural critic known for her compelling stories that highlight underrepresented voices. Born and raised in Seattle to Vietnamese parents, she has always been passionate about storytelling. With a background in sociology from Stanford University, Linh has spent 12 years in journalism, working for prominent publications. Her articles regularly explore social justice issues, and she is celebrated for her ability to connect with her audience on a personal level.

Post Comment