Loading Now

Eropa Bersiap Menghadapi Kebijakan ‘Amerika Pertama’

Politikus Eropa tengah bersiap menghadapi kemungkinan lebih banyak proteksionisme dari Amerika, terlepas dari hasil pemilu. Siapapun yang terpilih, baik Kamala Harris atau Donald Trump, diperkirakan akan mengutamakan ekonomi nasional. Eropa berusaha mempersiapkan dampaknya, termasuk ancaman tarif dari Trump yang dapat melemahkan euro dan mengganggu hubungan dagang yang sangat penting.

Politikus dan pembuat kebijakan Eropa kini disibukkan dengan persiapan menghadapi kemungkinan meningkatnya proteksionisme dari Amerika, terlepas dari siapa yang akan memenangkan pemilihan presiden mendatang. Persaingan antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump terus berada dalam keadaan ketat menjelang pemungutan suara, dengan kedua kandidat hampir seimbang dalam berbagai survei. Satu diplomat senior Eropa yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan kepada CNBC bahwa, “Siapapun yang menang akan memprioritaskan ‘Amerika pertama’.” Konsentrasinya adalah pada ekonomi, dan diplomat itu mengatakan, “Jawabannya harus lebih nasionalisme ekonomi — saya tidak setuju dengan hal itu, tetapi saya tidak melihat cara lain.” Pernyataan ini muncul setelah Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner, memperingatkan bahwa akan ada tindakan balasan jika AS memulai perang dagang dengan Uni Eropa. Dalam konteks perdagangan, hubungan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat sangat penting, karena keduanya memiliki hubungan perdagangan dan investasi bilateral terbesar di dunia, yang mencapai 1,2 triliun euro ($1,29 triliun) pada tahun 2021. Harris dianggap sebagai sosok yang bakal melanjutkan kebijakan Presiden Joe Biden, yang dalam pandangan Eropa dikenal lewat Undang-undang Pengurangan Inflasi, sebuah legislatif besar yang menyasar tindakan iklim dan energi. Undang-undang ini dianggap proteksionis dan mengundang ketidakpuasan di kalangan pemimpin Eropa. Di sisi lain, Trump diperkirakan akan memperketat kebijakan perdagangan, bahkan mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada produk Eropa, yang berpotensi melemahkan euro hingga 10%, menurut Goldman Sachs. Seorang diplomat senior Eropa mengekspresikan, “Trump tidak bisa lagi mengejutkan kami, kami tahu bagaimana menghadapinya.” Seorang pejabat Uni Eropa lainnya menyatakan bahwa, “Tidak ada kepanikan. Kami sangat pragmatis, tetapi tentu saja kami harus bersiap untuk kedua skenario.” Dengan latar seperti ini, Komisi Eropa sedang bekerja pada inisiatif yang berani, terlepas dari siapa yang terpilih sebagai presiden. Di luar kelembagaan Uni Eropa, terdapat perbedaan pandangan di antara ibukota negara anggota mengenai presiden AS. Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, dikabarkan akan membuka “beberapa botol sampanye” jika Trump terpilih lagi. Prediksi ini menyusul pertemuan para pemimpin Uni Eropa yang direncanakan di Budapest untuk membahas hasil pemilu. Namun, sebuah suara menegaskan, “Saya tidak akan merayakan jika Trump menang.” Demi satu suara, pemilihan kali ini dianggap lebih mendebarkan karena hasilnya akan ditentukan oleh pemilih swing di Pennsylvania.

Semua individu dan negara di dunia sedang beradaptasi dengan gaya kepemimpinan Amerika yang berfokus pada kepentingan domestik. Respon Eropa merupakan reaksional terhadap dinamika politik yang selalu berubah ini, di mana kebijakan proteksionisme Amerika berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global. Pemilu presiden, yang terjadi setidaknya setiap empat tahun sekali, berada dalam titik krusial saat negara-negara Eropa mempertimbangkan perlindungan ekonomi mereka masing-masing dalam konteks hubungan dagang yang sangat signifikan dengan Amerika. Di tengah ketidakpastian ini, fokus utama bagi pembuat kebijakan Eropa adalah pencegahan kerugian ekonomi dan pembentukan strategi yang meningkatkan ketahanan ekonomi mereka sendiri.

Persiapkan diri Eropa menghadapi kemungkinan kembali berkuasanya kebijakan ‘Amerika Pertama’ di bawah kepemimpinan siapa pun pasca pemilu. Baik Harris maupun Trump membawa tantangan tersendiri, tetapi Eropa tetap tenang dan pragmatis dalam menyikapi hubungan transatlantik yang sensitif. Diplomasi dan penguatan ketahanan ekonomi dalam menghadapi risiko proteksionisme akan menjadi fokus utama untuk melindungi kepentingan Eropa di panggung dunia.

Sumber Asli: www.cnbc.com

Amina El-Sayed has carved a niche in the world of journalism with her insightful analyses on cultural and political issues. Born in Cairo and raised in London, she brings a global perspective to her writings. A former editor at a prestigious international news agency, Amina specializes in bridging cultural divides through her powerful narrative skills. With a master's degree in International Relations, her expertise in cross-cultural communication enables her to resonate with a diverse audience.

Post Comment