Europe
europe paris
AGNIESZKA HOLLAND, ANTISEMITISM, DEA KULUMBEGASHVILI, EFA, EUROPE, EUROPEAN COMMISSION, EUROPEAN FILM ACADEMY, EUROPEAN UNION, GOTEBORG, HOLLAND, INTERNATIONAL RELATIONS, LUCERNE, MATT, MATTHIJS WOUTER KNOL, NORTH AMERICA, OVAL OFFICE, POLITICS, SWITZERLAND, UNITED STATES, WHITE HOUSE, WORLD WAR II
Priya Singh
0 Comments
Pembuat Film Eropa Sebagai Penjaga Nilai Progresif Pasca Trump
Setelah kemenangan Trump, pembuat film Eropa mengkaji ulang peran mereka sebagai pembela nilai-nilai progresif. Penghargaan Film Eropa mendekati acara mendatang dengan semangat untuk mengangkat suara melawan intoleransi. Festival Göteborg Film juga berfokus pada tema perlawanan dan rasa berani dalam sinema. Pembuat film berharap Eropa bisa menjadi tempat di mana pembuatan film progresif bisa berkembang meski ada ancaman dari pada struktur politik yang menguat.
Pada tahun 2016, usai pemilihan presiden Donald Trump, Penghargaan Film Eropa dimulai dengan pembukaan ala SNL yang menampilkan sutradara Polandia Agnieszka Holland berperan sebagai presiden. Dalam situasi yang tegang ini, dia menegaskan bahwa industri film Eropa kini lebih penting dari sebelumnya, guna melawan meningkatnya intoleransi. Kini, menjelang pemilihan presiden 2024, pembuat film Eropa kembali berperan sebagai penjaga nilai-nilai progresif di tengah ketidakpastian yang melanda industri film AS. Matthijs Wouter Knol, CEO EFA, bersikukuh bahwa Eropa adalah benteng demokrasi dan kebebasan berbicara, mengisyaratkan bahwa film-film berbobot politik akan diangkat kembali dalam acara penghargaan mendatang.
Göteborg Film Festival, dengan rencana istimewa untuk menampilkan film bertema perlawanan, berusaha mendorong diskusi tentang ketidakadilan global, seperti Hak Aborsi dan perubahan iklim, dalam konteks yang lebih luas yang ada di seluruh dunia. Di saat beberapa pembuat film AS merasakan efek hambatan setelah kemenangan Trump, Eropa dipandang sebagai surga bagi sinema progresif yang dinyatakan akan semakin diminati. Meskipun ada potensi dukungan di Eropa, khawatir akan ekskalasi politik kanan jauh yang turut berpengaruh terhadap pendanaan, ketegangan ini membuat posisi sinema di Eropa menjadi cukup rentan.
Setelah terpilihnya Donald Trump, banyak pembuat film Eropa merasa perlu untuk bersuara dan menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai progresif di dunia perfilman. Eropa, sebagai wilayah yang selama ini sangat menghargai demokrasi dan kebebasan berbicara, kini menghadapi tantangan serupa dengan munculnya gerakan kanan jauh di berbagai negara. Ada dua sisi yang bertentangan di sini: satu sisi melihat Eropa sebagai tempat aman untuk film-film bertema progresif, sementara sisi lain menyadari bahwa dukungan terhadap seni bisa dipangkas oleh pemerintah yang lebih konservatif. Dalam konteks ini, sinema menjadi lebih dari sekadar hiburan, melainkan alat untuk perlawanan dan dialog kritis.
Kembalinya para pembuat film Eropa sebagai pelopor nilai-nilai progresif mencerminkan kekhawatiran mendalam tentang demokrasi dalam konteks global yang bergolak. Meskipun tantangan politik kanan jauh di Eropa meningkat, industri film Eropa bertekad untuk tetap berada di garis depan perlawanan. Dengan dukungan yang lebih terbatas terhadap film-fim progresif, masa depan perfilman tetap dihiasi harapan untuk menciptakan ruang bagi diskusi yang lebih luas tentang hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat. Eropa mungkin menjadi wahana bagi semangat sinema progresif yang tak lekang oleh waktu, namun tantangan internal harus dihadapi agar visi itu bisa terjaga.
Sumber Asli: www.hollywoodreporter.com
Post Comment