Europe
europe paris
AP, BRAZIL, DEFENSE, DMITRY PESKOV, EUROPE, EUROPE/ASIA, FOREIGN MINISTRY, GEOPOLITICS, JOE BIDEN, KREMLIN, LAVROV, MILITARY, MILITARY SUPPORT, NORTH AMERICA, PESKOV, PUTIN, RIO DE JANEIRO, RUSSIA, RUSSIA-UKRAINE WAR, SERGEY LAVROV, SOUTH AMERICA, TA, TASS, UKRAINE, UNITED STATES, VLADIMIR PUTIN, WASHINGTON, WESTERN SANCTIONS
Linh Tran
0 Comments
Putin Setujui Perubahan Doktrin Nuklir Rusia
Vladimir Putin telah setujui perubahan pada doktrin nuklir Rusia, di mana serangan dari negara non-nuklir yang didukung kekuatan nuklir kini dipandang sebagai ancaman bersama. Serangan besar dengan konvensional juga bisa memicu respons nuklir. Provokasi baru ini muncul di momen kritis yakni hari ke-1.000 perang Ukraina, setelah keputusan AS yang memungkinkan Ukraina menggunakan misil jarak jauh terhadap Rusia.
Presiden Vladimir Putin telah menyetujui perubahan pada doktrin nuklir Rusia, mempertegas syarat baru di mana negara ini akan mempertimbangkan penggunaan persenjataan nuklirnya. Dalam doktrin yang diperbarui, setiap serangan dari negara non-nuklir, jika didukung oleh kekuatan nuklir, akan dipandang sebagai serangan bersama terhadap Rusia. Perubahan ini semakin tajam setelah keputusan Washington yang memungkinkan Ukraina meluncurkan misil jarak jauh AS ke dalam Rusia.
Perubahan doktrin ini juga menyatakan bahwa serangan besar terhadap Rusia dengan menggunakan misil konvensional, drone, atau pesawat terbang dapat memenuhi kriteria untuk respons nuklir, termasuk serangan terhadap Belarus atau ancaman kritis terhadap kedaulatan Rusia. Setiap agresi terhadap Rusia dari negara yang merupakan anggota koalisi akan dianggap oleh Moskow sebagai agresi dari seluruh kelompok tersebut. Dengan langkah ini, Putin memperluas cakupan negara serta jenis ancaman militer yang dapat memicu respons nuklir.
Diorganisir oleh momen bersejarah, pernyataan ini terjadi di hari ke-1.000 perang Ukraina, dengan Putin sebelumnya mengeluarkan ancaman penggunaan senjata nuklir, dan Ukraina mengecam tindakan ini sebagai “saber-rattling nuklir” untuk mencegah dukungan lebih banyak dari sekutunya. Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan, “Kami sangat menyetujui untuk melakukan segalanya agar perang nuklir tidak terjadi.”
Semasa konferensi pers di KTT G20, Lavrov menegaskan, bahwa deklarasi kelompok tersebut, yang termasuk Rusia, “dengan jelas menyatakan bahwa kami ingin bergerak menuju dunia yang bebas dari senjata nuklir.” Dalam pengumuman perubahan ini, Kreml meminta negara lain untuk mempelajari teks ini lebih dalam. Juru bicara Kreml, Dmitry Peskov, menyebutkan ini adalah dokumen yang sangat penting, yang patut diperhatikan dan dianalisis secara mendalam.
Dalam konteks ketegangan yang terus meningkat antara Rusia dan negara-negara Barat sejak invasi ke Ukraina, perubahan doktrin nuklir ini merupakan langkah yang signifikan. Dengan memperluas keadaan yang dapat memicu respons nuklir, Rusia berusaha menunjukkan kekuatan dan kebutuhan untuk mempertahankan kedaulatannya di tengah ancaman dari kelompok negara yang bersatu melawan mereka. Di sisi lain, komentar Lavrov adalah usaha untuk menyeimbangkan citra Rusia yang sering kali dituduh agresif dengan keinginan untuk menjaga perdamaian global.
Perubahan doktrin nuklir Rusia oleh Putin menandai langkah strategis yang penting, memperluas cakupan ancaman yang bisa memicu respons nuklir. Dengan latar belakang ketegangan yang sudah berlangsung lama dan reaksi terhadap aksi militer NATO, Rusia berusaha menunjukkan ketegasan, sekaligus membangun narasi bahwa mereka tidak ingin memperpanjang konflik. Dengan meningkatkan fokus pada adanya dukungan dari negara-negara tertentu, Kremlin berharap untuk memperkuat posisinya di panggung dunia.
Sumber Asli: www.bbc.com
Post Comment