Loading Now

Tantangan Satelit IRIS² Eropa: Waktu, Daya Saing, dan Inovasi

Proyek IRIS² Eropa, berniat untuk menjadi komunikasi satelit yang aman dan berdaulat, kini menghadapi tantangan waktu dan daya saing di tengah dominasi Starlink dari SpaceX. Dengan peluncuran yang dijadwalkan pada 2030, banyak skeptisisme tentang kemampuan IRIS² dalam bersaing, khususnya terkait biaya dan inovasi. Para ahli menekankan pentingnya melampaui hambatan struktural dan budaya untuk mewujudkan proyek ini.

Konstelasi satelit IRIS² Eropa perlahan-lahan bergerak maju, namun dihadapkan pada tantangan berkenaan dengan waktu, skala, dan daya saing. IRIS² bertujuan untuk menyediakan layanan komunikasi yang bersifat pemerintah, militer, dan komersial, dengan fokus pada kedaulatan serta keamanan yang didanai oleh sumber daya Eropa. Namun, undangan untuk berpartisipasi dalam proyek ini datang dengan peringatan bahwa proyek ini mungkin “terlambat” dan “kurang banyak”. Dengan jadwal peluncuran di tahun 2030, IRIS² harus bersaing dengan sistem satelit swasta yang sudah hadir, seperti Starlink milik SpaceX, yang kini memiliki sekitar 6.000 satelit dan rencana meningkatkan jumlahnya hingga 12.000.

Selain tantangan daya saing, kualitas dan biaya menjadi sorotan dalam diskusi di Space Tech Expo Eropa. Meskipun ada permintaan untuk penggunaan pemerintah dan militer, untuk aspek komersial tidak semudah itu. T.I. Weintraub, petinggi ATLAS Space Operations, menekankan bahwa ketika IRIS² mulai beroperasi, SpaceX akan jauh lebih maju dalam hal jumlah satelit dan efisiensi biaya. “IRIS² diperlukan untuk mencegah ketergantungan pada layanan swasta seperti yang dikelola Elon Musk,” ujarnya.

Kurangnya budaya inovasi dan cepat dalam membuat keputusan di Eropa juga menjadi kendala dalam skala produksi. Clemens Kaiser dari Rivada Space Networks menegaskan bahwa pendekatan berhati-hati di Eropa memperlambat kemajuan dibandingkan dengan Silicon Valley, di mana kegagalan sering kali diangkat sebagai peluang untuk belajar. Michael Witting dari ESA menyoroti tantangan dalam menstandarkan sistem satelit dan terminal pengguna, memperumit laju inovasi.

Dengan banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam proyek ini, Kaiser menekankan bahwa fokus harus dijaga agar tidak menyebabkan penundaan lebih lanjut. Eropa kini dihadapkan pada kebutuhan untuk menemukan keseimbangan antara inovasi, biaya, dan keamanan, serta mendorong budaya risiko yang lebih terbuka. Para panelis sepakat bahwa meskipun kebutuhan akan sistem yang aman dan berdaulat jelas, saat ini tantangan dari aspek ekonomi dan daya saing sangat besar.

IRIS², singkatan dari Infrastruktur untuk Ketahanan, Keterhubungan, dan Keamanan melalui Satelit, adalah proyek ambisius yang direncanakan oleh Eropa untuk menciptakan sistem komunikasi satelit yang independen dan aman. Fokus proyek ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan militer, serta komersial. Namun, dengan lonjakan pesat dalam teknologi satelit oleh perusahaan-perusahaan besar seperti SpaceX dan China, banyak yang mempertanyakan apakah IRIS² akan mampu bersaing dalam hal waktu peluncuran dan biaya operasional. Diskusi ini sangat penting untuk memahami tantangan yang dihadapi Eropa dalam menciptakan infrastruktur komunikasi yang berkelanjutan dan efektif di era digital saat ini. Masalah budaya inovasi dan kemampuan inovatif Eropa dibandingkan dengan pendekatan yang lebih progresif di negara lain juga menjadi topik hangat dalam diskusi ini. Menyusul adanya kekhawatiran akan ketergantungan pada perusahaan swasta luar negeri, strateginya kini adalah menciptakan solusi lokal yang aman.

Secara keseluruhan, tantangan yang dihadapi IRIS² Eropa menyoroti perlunya perubahan besar dalam cara Eropa berinovasi dan bersaing di pasar satelit global. Dengan ekonomi yang mengutamakan efisiensi, inovasi cepat, dan kerjasama publik-swasta yang sinergis, Eropa harus belajar dari pendekatan yang lebih dinamis di tempat lain untuk mampu melewati hambatan yang ada saat ini. Apakah IRIS² akan mampu memberikan jaminan atau bukan, cela dalam struktur, budaya, dan teknologi harus ditiadakan jika ambisi kedaulatan Eropa dalam sektor komunikasi satelit ingin terwujud.

Sumber Asli: spacenews.com

Amina El-Sayed has carved a niche in the world of journalism with her insightful analyses on cultural and political issues. Born in Cairo and raised in London, she brings a global perspective to her writings. A former editor at a prestigious international news agency, Amina specializes in bridging cultural divides through her powerful narrative skills. With a master's degree in International Relations, her expertise in cross-cultural communication enables her to resonate with a diverse audience.

Post Comment