Loading Now

Tinjauan Balet Paquita di Opéra Paris: Keberanian Yang Hilang

Matthew Paluch mengkritik produksi ‘Paquita’ oleh Opéra Paris sebagai balet yang membosankan dan kurang identitas. Ia merasa cerita yang dihadirkan terlalu generik dan kurang mendalam, bahkan meskipun ada penampilan teknis yang baik. Meskipun ada momen-momen menarik, Paluch merasakan kurangnya “magis” dalam keseluruhan pertunjukan, menjadikannya kurang memuaskan.

Teater Opéra Paris saat ini menyajikan dua produksi bersamaan yang berbeda. Salah satunya adalah produksi tahun 2001 dari balet “Paquita” yang disutradarai oleh Pierre Lacotte. Meskipun banyak penonton menemukan pesona dalam balet klasik ini, penulis Matthew Paluch merasa bahwa produksi ini terkesan membosankan dan kekurangan identitas. Ia mencatat bahwa cerita yang dihadirkan sangat generik, dengan karakter yang satu dimensi dan kurang mampu menyampaikan kedalaman emosi melalui penampilan mereka. Meskipun ada momen-momen teknis yang menonjol, Paluch merasakan kurangnya “magis” yang biasanya ditemukan dalam tarian klasik. Momen terbaik justru hadir dari trio penari yang menghadirkan keceriaan dan keberanian yang seharusnya menjadi bagian inti dari balet tersebut. Di akhirnya, meski penonton tampak puas, Paluch tetap merasa butuh sesuatu yang lebih dari balet naratif seperti ini.

Balet “Paquita” adalah karya yang berasal dari tahun 1846, diciptakan oleh Joseph Mazilier dan kemudian ditambah dengan bagian Grand pas classique oleh Marius Petipa. Versi terkini dari balet ini menggabungkan kedua interpretasi tersebut dan mengadaptasinya ke dalam satu produksi yang baru oleh Lacotte. Balet ini terkenal dengan langkah-langkah yang megah dan skor yang dinamis karya Ludwig Minkus, tetapi meskipun berkilau dalam hal teknis, penyampaian ceritanya terkendala oleh kekurangan emosi dan daya tarik.

Kesimpulannya, produksi ‘Paquita’ oleh Opéra Paris mungkin menggugah bagi beberapa penonton, namun bagi Matthew Paluch, itu adalah pengalaman yang kurang memuaskan. Kelemahan dalam pengembangan karakter serta kekurangan cerita yang mendalam menyebabkan penurunan minat. Meskipun ada beberapa elemen yang menonjol, ia mendapati balet ini tidak mampu mengangkatnya ke tingkat emosional yang diharapkan dari sebuah pertunjukan berbasis naratif.

Sumber Asli: www.gramilano.com

Priya Singh is an accomplished journalist with a strong background in multimedia reporting. Raised in New Delhi, she brings a rich cultural lens to her storytelling. After completing her degree at the University of California, Berkeley, she has worked for several renowned news organizations, where she has excelled in creating engaging content across various platforms. Priya is dedicated to building narratives that empower and inform her readers, making her a respected figure in modern journalism.

Post Comment