Imigran yang Diam-Diam Diharapkan Eropa
Artikel ini membahas peran penting para imigran dalam pertanian Eropa, khususnya di Belanda, yang sangat bergantung pada tenaga kerja asing untuk memetik hasil panen. Melalui kisah perkebunan raspberry, digambarkan bagaimana petani berinteraksi dengan pekerja imigran, menunjukkan dinamika antara kebutuhan ekonomi dan kehidupan para pekerja.
Di Belanda, pandangan dari jendela kereta akan dipenuhi oleh hamparan kaca: rumah kaca berjejer rapi menjulang di antara ladang-ladang yang subur. Di perkebunan raspberry milik René Simons, 60 km di tenggara Rotterdam, semak-semak raspberry merambat di atas trellis yang luas. Di balik kesuburan ini, terdapat para pekerja yang sebagian besar berasal dari Eropa Timur – orang Polandia dan Bulgaria saat musim puncak, atau orang Ukraina yang seringkali menetap lebih lama. “Kami memiliki beberapa wanita dari dekat Lviv sekarang,” kata Mr. Simons. “Kami memberi tahu mereka, jika situasinya sulit di sana, mereka selalu bisa tinggal di sini.” Penggambaran ini menyoroti peran vital para imigran dalam pertanian Eropa, terutama dalam urusan memetik buah-buahan, yang bahkan dalam keheningan, diinginkan oleh banyak pihak di Eropa.
Artikel ini menggambarkan betapa bergantungnya sektor pertanian Eropa, khususnya di Belanda, pada imigran yang sangat diperlukan untuk membantu dalam kegiatan panen. Dengan menyoroti cerita dari perkebunan pribadi, kita diajak untuk memahami kehidupan para pekerja dan tantangan yang mereka hadapi. Ini juga mencerminkan sikap Eropa yang cenderung tidak dibicarakan secara terbuka tentang batasan yang ada dalam kebijakan imigrasinya sambil tetap berharap akan kehadiran tenaga kerja asing.
Kesimpulannya, artikel ini menyoroti ketergantungan Eropa pada pekerja imigran, yang secara diam-diam diterima dan diperlukan untuk mendukung sektor pertanian. Melalui cerita René Simons dan para pekerja dari Ukraina, kita bisa melihat bahwa adanya tantangan yang menyertai mereka, serta sikap Eropa yang ingin menjaga pertumbuhan namun tidak mempermaklumkan dengan jelas tentang kebutuhan ini.
Sumber Asli: www.economist.com
Post Comment